Skip to main content

Langkah-langkah Penerapan Model Jigsaw

Tahapan yang dilakukan untuk menerapkan model Pembelajaran Jigsaw

  Sebelum anda menerapkan Model pembelajaran jigsaw hendaknya anda mengetahui bagimanakah pengaruh dan ciri-ciri model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Menurut Elliot Aronson, (dalam Okklien 2010: 16), ada 6 tahapan model pembelajaran Jigsaw yaitu:
  1. Tahap pertama, dalam tahap ini guru mempersiapkan materi yang dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok sesuai dengan pelajaran kooperatif, yakni siswa dibagi beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang). Terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainya seperti jenis kelamin dan ras.
  2. Tahap kedua, penyajian materi dalam penerapan kooperatif tipe Jigsaw pada awalnya diperkenalkan melalui penyajian kelas. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
  3. Tahap ketiga adalah setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Sebagai contoh, jika materi yang diberikan  adalah alat komunikasi, seseorang siswa mempelajari tentang etika berkomunikasi, siswa lain mempelajari tentang etiket berkomunikasi.
  4. Tahap keempat adalah anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari dari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikanya.
  5. Tahap kelima adalah setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temanya.
  6.  Tahap keenam adalah ada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis. Memberikan kuis pada siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Siswa tidak diperbolehkan bekerjasama pada saat mengerjakan tes itu. Siswa menjawab seluruh pertanyaan secara induvidu.

Selain tahapan di atas, pelaksanaan kegiatan pembelajaran Jigsaw juga dapat diterapkan melalui kerangka berikut:

I.     Tahap Pendahuluan

1.    Review, apersepsi dan motivasi;

2.    Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya;

3.    Pembentukan kelompok;

4.    Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen; dan

5.    Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.

II.         Tahap Pengguasaan

1.    Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguasai materi sesuai dengan soal yang diterima; dan

2.    Guru memberikan bantuan sepenuhnya.

III.        Tahap penularan

1.    Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya;

2.    Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain;

3.    Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal; dan

4.    Dari diskusi, siswa memproleh jawaban soal;

IV.   Penutup

1.    Guru bersama siswa membahas soal; dan

2.    Kuis/Evaluasi, evaluasi adalah menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengeritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan dan membantu.

Pada model pembelajaran kooperati tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Suwahyuni, (2011:33) mengemukakan langkahlangkah model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:
  1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal disesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran siswa yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temanya jika kembali kelompok asal. Misalnya, suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi penmbelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaranya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal, memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal;
  2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan;
  3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual;
  4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang nilai rata-ratanya tinggi;
  5. Sebaiknya materi untuk dipelajari sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga di kelas hanya membutuhkan sedikit waktu untuk meneruskannya. 

Penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak seluruhnya berjalan dengan lancer dalam proses pembelajaran, terdapat juga faktor penghambat dan faktor pendukungnya yaitu sebagai berikut:

1.      Faktor pendukung

Pembelajaran kooperatif Jigsaw ini merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran dengan model ini akan berkembang jika siswa menguasai pelajaran yang tentunya didukung dengan buku-buku pelajaran yang relevan.

2.      Faktor penghambat

Tidak selamanya proses belajar dengan model Jigsaw ini  berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta didik dengan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat yang lain  yaitu kurangnya waktu. Proses model ini membutuhkan waktu lebih banyak, sementara maktu pelaksanaan model ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.



Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Memahami Sifat dan Hakikat Kebudayaan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi

Aspek - Aspek dalam Pembelajaran

Memahami Aspek Pembelajaran Berdasarkann teori menurut Bloom seperti yang dikutip dalam Suprijono(2010 : 6) bahwa: “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Aspek kognitif meliputi pengetahuan seseorang dalam belajar dimana pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam berpikir. Demikian dengan aspek afektif yang meliputi sikap seseorang. Dengan pemenuhan terhadap aspek ini seseorang dapat memberikan reaksi yang didasarkan pada aspek kognitif. Aspek psikomotorik merupakan tindakan yang dihasilkan melalui aspek-aspek sebelumnya, dimana aspek ini muncul setelah melalui beberapa tahap dari  aspek kognitif dan afektif.Aspek pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran. Menurut Ahmadi (2003 : 260) yaitu : “problematika How : masalah how (bagaimana) berkenaan dengan cara/metode yang digunakan dalam proses pendidikan”. Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang guru adalah solusi cerdas untuk dapat meningkatkan hasil siswa dalam belajar, di mana p