TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK
Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling
1. Teknik Re-inforcement (penguatan)
Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru.
2. Teknik Summary ( Meringkas)
Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan.
Contoh :
3. Teknik Pick-Up
Konselor mengutip atau mengambil apa yang telah disampaikan anggota dan menggunakannya sebagai pernyataan pendahuluan untuk pernyataan baru.
Contoh:
Dalam suatu ability potential response, konselor menampilkan dan menunjukkan potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu ability potential response merupakan suatu respon yang penuh support dari konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui potensi atau kapabilitas konseli untuk melakukan sesuatu.
5. Teknik Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja. Kepada konseli diajukan pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh jawaban yang ditetapkan. Teknik ini dapat digunakan sebagai teknik pendahuluan untuk menstimulasi minat anggota terhadap materi yang ingin diberikan oleh konselor.
Dalam mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika konselor ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban khusus yang tepat. Konselor membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli kedalam suatu keadaan yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai diperoleh jawaban selektif
6. Refleksi perasaan
Teknik ini digunakan untuk membuat kembali perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan konselor “saya paham maksud pernyataan anda”. Perasaan-perasaan dapat diungkapkan dengan jelas oleh konseli seperti “saya bimbang, ragu, marah, sedih dan sebagainya. Biasa juga tidak diungkapkan secara verbal, dapat dilihat dari tingkah lakunya atau nada suaranya. Maksud penggunaan teknik ini agar konseli dapat lebih mengungkapkan perasaan-perasaannya.
7. Teknik Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan informasi yang penting. Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal yang belum dipahami oleh kelompok.
Cara:
Digunakan oleh konselor yang ingin “membawa” atau ‘ menyampaikan” ide kepada kelompok. Mungkin sekali interpretasi itu tidak tepat, namun dapat diarahkan untuk menstimulasi diskusi lebih lanjut dan mendorong/menguatkan kemampuan individual untuk boleh tidak sepakat dengan konselor.
Interpretasi merupakan suatu teknik menyampaikan arti dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dalam membuat interpretasi, konselor akan membuka suatu pandangan baru atau penjelasan mengenai sikap dan tingkah laku interpretasi seperti mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau mengenai arti suatu
Dalam interpretasi, konselor harus menaruh perhatian kepada anggota yang lain terutama anggota yang pasif atau yang datang dengan latar belakang keluarga yang tidak mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan pendapat orang tua. Ini akan menempatkan konseli pada posisi yang sulit. Interpretasi sebaiknya tepat, bilamana keliru konselor harus tahu letak kekeliruannya kemudian meralatnya.
9. Teknik Konfrontasi
Konfrontasi merupakan respon verbal dimana konselor mendeskripsikan beberapa penyimpangan atau ketidakcocokan yang terlihat dalam pernyataan atau tingkah laku konseli. Dalam teknik konfrontasi, anggota kelompok dihadapkan langsung (dikonfrontir) pada hal-hal yang terlihat adanya pertentangan.
Teknik ini digunakan apabila konselor ingin meminta penjelasan lebih lanjut yang di anggap belum mengerti dan tidak sistematis, atau untuk menyamakan persepsi apakah yang sudah di tangkap oleh konselor betul atau tidak.
11. Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan.
Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling
1. Teknik Re-inforcement (penguatan)
Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru.
Contoh :Verbal :“super sekali”Non verbal : acungan jempol
Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan.
Contoh :
Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas.
3. Teknik Pick-Up
Konselor mengutip atau mengambil apa yang telah disampaikan anggota dan menggunakannya sebagai pernyataan pendahuluan untuk pernyataan baru.
Contoh:
Konseli :“saya pergi menonton bioskop dari berbagai bioskop. Saya merasa itu adalah suatu film yang sangat bagus”.4. Ability potential response
Konselor :“Berapa banyak diantara kalian yang juga sudah menonton film itu ? Tunjukkan tangan!”
Cara ini bisa dikembangkan untuk berbagai topik lain, misalnya mengenai cita-cita dan pengembangan karier, pendidikan lanjutan dan minat, serta hal yang lainnya. Konseli biasanya akan memahami topik diskusi lebih baik karena ia berada dalam topic pembicaraan itu.
baca Juga Konsel Konseling Remaja (Konsep diri Positif ) Bimbingan dan Konseling
Dalam suatu ability potential response, konselor menampilkan dan menunjukkan potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu ability potential response merupakan suatu respon yang penuh support dari konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui potensi atau kapabilitas konseli untuk melakukan sesuatu.
5. Teknik Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja. Kepada konseli diajukan pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh jawaban yang ditetapkan. Teknik ini dapat digunakan sebagai teknik pendahuluan untuk menstimulasi minat anggota terhadap materi yang ingin diberikan oleh konselor.
Dalam mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika konselor ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban khusus yang tepat. Konselor membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli kedalam suatu keadaan yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai diperoleh jawaban selektif
Contoh:“Apa, bagaimana, siapa, bilamana atau dimana”. Pertanyaan hendaknya bersifat terbuka. Melalui probe, dapat diperoleh lebih banyak informasi.
6. Refleksi perasaan
Teknik ini digunakan untuk membuat kembali perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan konselor “saya paham maksud pernyataan anda”. Perasaan-perasaan dapat diungkapkan dengan jelas oleh konseli seperti “saya bimbang, ragu, marah, sedih dan sebagainya. Biasa juga tidak diungkapkan secara verbal, dapat dilihat dari tingkah lakunya atau nada suaranya. Maksud penggunaan teknik ini agar konseli dapat lebih mengungkapkan perasaan-perasaannya.
7. Teknik Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan informasi yang penting. Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal yang belum dipahami oleh kelompok.
Cara:
a. Bagi kelompok besar menjadi kelompok kecil8. Teknik Interpretasi
Hal ini dilakukan agar anggota kelompok menjadi lebih produktif dalam tujuan mencapai suatu pemecahan masalah. Sebab pada kelompok besar, anggota yang paling aktif akan terpisah dengan anggota kelompok lain. Hal ini menjadi hambatan partisipasi bagi yang lain, akibatnya ada beberapa anggota kelompok yang kehilangan minta untuk berkontribusi dalam diskusi. Dengan kelompok kecil, maka konselor lebih bisa mengontrol arah diskusi dan mendorong semua anggota kelompok terlibat.
b. Bentuk kelompok homogen
Pisahkan anggota kelompok sehingga pada kelompok kecil tersebut terbentuk kelompok yang homogen, misal dari jenis permasalahan, usia, jenis kelamin, bahkan tingkat kemampuan anggota kelompok. Dengan berada pada situasi dan suhu lingkungan yang sama, maka para anggota kelompok lebih terdorong untuk berani mengungkapkan permasalahannya, dan lebih mampu merasakan masalah terhadap teman satu kelompoknya, sehingga bisa berperan aktif dalam diskusi pemecahan masalah.
c. Fokuskan masalah
Konselor berperan dengan menentukan pokok permasalahan yang akan dibahas, tentunya diawali dengan musyawarah dan persetujuan anggota kelompok. Pembahasan pada satu topic memudahkan konselor mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam dinamika interaksi sosial kelompok. Topik yang dipilih untuk dibahas, seyogyanya topik yang hangat, merangsang dan menantang bagi anggota kelompok, disesuaikan dengan tingkat kemampuan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka merasa terpanggil untuk ikut membicarakannya.
Digunakan oleh konselor yang ingin “membawa” atau ‘ menyampaikan” ide kepada kelompok. Mungkin sekali interpretasi itu tidak tepat, namun dapat diarahkan untuk menstimulasi diskusi lebih lanjut dan mendorong/menguatkan kemampuan individual untuk boleh tidak sepakat dengan konselor.
Interpretasi merupakan suatu teknik menyampaikan arti dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dalam membuat interpretasi, konselor akan membuka suatu pandangan baru atau penjelasan mengenai sikap dan tingkah laku interpretasi seperti mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau mengenai arti suatu
Dalam interpretasi, konselor harus menaruh perhatian kepada anggota yang lain terutama anggota yang pasif atau yang datang dengan latar belakang keluarga yang tidak mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan pendapat orang tua. Ini akan menempatkan konseli pada posisi yang sulit. Interpretasi sebaiknya tepat, bilamana keliru konselor harus tahu letak kekeliruannya kemudian meralatnya.
9. Teknik Konfrontasi
Konfrontasi merupakan respon verbal dimana konselor mendeskripsikan beberapa penyimpangan atau ketidakcocokan yang terlihat dalam pernyataan atau tingkah laku konseli. Dalam teknik konfrontasi, anggota kelompok dihadapkan langsung (dikonfrontir) pada hal-hal yang terlihat adanya pertentangan.
Contohnya : seorang konseli berbicara keras, kemudian konselor menanyakan “Apakah kamu sedang Bingung ?”.10. Klarifikasi
Tujuan;
Untuk membuka kedok konseli agar bertanggungjawab terhadap diskrepansi, distorsi, permainan, dan tabir yang digunakan untuk menyembunyikan diri dari perubahan tingkah laku yang konstruktif.
Teknik ini digunakan apabila konselor ingin meminta penjelasan lebih lanjut yang di anggap belum mengerti dan tidak sistematis, atau untuk menyamakan persepsi apakah yang sudah di tangkap oleh konselor betul atau tidak.
11. Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan.
Role playing adalah teknik yang sering digunakan untuk konseling umum dimana teknik role playing atau bermain peran dapat memecahkan suasana yang kaku sehingga para peserta konseling kelompok aktif dan partisipatif dalam kegiatan konseling kelompok.