Skip to main content

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Pengertian Motivasi


Seperti yang dikutip dalam Shaleh dan Wahab (2004 : 128), bahwa: “konsep terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan diluar kontrol manusia”.
Tampak bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kesempatan lebih yang mampu menciptakan dorongan bagi dirinya. Seorang ilmuan Chaplin (2001) seperti dikutip dalam Shaleh dan Wahab bahwa: “manusia di samping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasanya disebut naluri atau insting”.
Aspek dari diri manusia mendorong manusia untuk melakukan sesuatu hal yang tidak terduga dapat terjadi. Dalam hal ini kekuatan yang muncul mengakibatkan seseorang untuk menjadi yakin terhadap sesuatu yang ingin dicapai, dimana pada awalnya manusia sulit untuk mempercayai hal yang didasarkan logikanya sendiri. Penulis berasumsi bahwa motivasi sama dengan sugesti yang memberikan efek, dalam hal ini dimaksudkan sebagai efek positif. Percaya atau tidaknya seorang manusia terhadap munculnya dorongan itu, pada hakikatnya sudah terbawa dari sejak lahir.
MenurutSuprijono (2010 : 163) bahwa: “belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar”. 

Teori-teori Belajar

Pengertian Belajar

Dalam hal ini Suprijono (2010 : 2) memuat definisi belajar menurut beberapa pakar pendidikan sebagai berikut:
bacajuga : penegetian hasil belajar
  1. Gane, menyatakan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. 
  2.  Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
  3. Cronbach, Learning is Show by a change in behavior as a result of experience. (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
  4.  Harold Spears, Learning is to observe, to read, to follow direction. (dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).
  5. Geoch, Learning is change in perfoemance as a results of practice. (belajar adalah   perubahan performance sebagai hasil latihan)
  6. Morgan, learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Hal yang mendasari tentang belajar seperti yang tuliskan di atas adalah bagaimana seseorang atau peserta didik dapat terdorong untuk belajar sehingga hasil daripada belajar akan ternilai baik. Perihal yang menjadi permasalahanadalah terdapatnya nilai yang kurang dari standar ketuntasan hasil belajar, sehingga mesti diciptakannya suasana belajar yang efektif.
Berikut penjelasan tentang penerapan model pembelajaran menurut Suprijono(2010 : 16) bahwa : “penerapan model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak serta-merta dapat dilakukan jika peserta didik belum memiliki stock of knowledge atau Prior Knowledge dari hal yang sedang dipelajarinya”. Kegiatan belajar memerlukan instrumen sebagai pendukung dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Kegiatan belajar yang cenderung konvensional melahirkan suasana belajar yang monoton, sehingga dibutuhkan alternatif untuk mendukung proses pembelajaran sekaligus mendongkrak hasil belajar para siswa.

Peningkatan Hasil Pembelajaran

Merujuk pemikiran Gane seperti yang dikutip dalam Suprijono(2010 : 5-6) bahwa hasil belajar berupa:
  1.  informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
  2. kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
  3.  keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
  4. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
  5. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan  serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
  6.  sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Sejumlah unsur yang lahir dari proses belajar baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan sendi-sendi yang memengaruhi peningkatan terhadap dampak belajar. Hal ini merupakan harapan bagi berlangsungnya proses pembelajaran itu secara baik dengan adanya dasar pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Begitu pula dengan definisi belajar menurut Ernes E.R. Hilgard, seperti yang dikutip dalam Riyanto (2010 : 4-5) yaitu :

Learning is the process by which an activity originates or is charged throught traning procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as distinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah).

Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Perilaku Memilih masyarakat "Golput" pada Pemilu Eksekutif dan legislatif di Indonesia

 KAJIAN ILMU   POLITIK TENTANG PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU EKSEKUTIF  “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu” (Golput) 1.  Pendahuluan /latar belakang masalah Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2009 saja Indonesia sudah melaksanakan 10 kali pemilihan umum eksekutif. Fakta dalam setiap pelaksanaan eksekutif masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan cendrung meningkat dari setiap pelaksanaan eksekutif. Perilaku tidak memilih pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral untuk mempro

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21

Memahami makna dan Arti Pancasila Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.  Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan d