Skip to main content

Orientasi Individu Terhadap Kehidupan Politik

Orientasi Individu dalam Politik

Menurut Almond dan Powel. Bahwa orientasi individu terhadap politik meliputi tiga komponen yaitu :
  1. Cognitive orientations yaitu pengetahuan indidu mengenai masalah-masalah politik, peristiwa politik yang mungkin pengetahuanya yaitu luas dan sempit, akurat atau tidak. Individu mungkin memiliki tingkat pengetahuan akurat yang tinggi mengenai bagaimana seluruh sistem politik bekerja, siapa-siapa saja tokoh politik yang berperan dan yang sedang hangat dibicarakan dan sebagainya. Hal ini merupakan dimensi pengetahuan individu terhadap sistem secara keseluruhan.
  2. Affective orientatiaon yaitu perasaan keterikatan dan keterlibatan, penolakan dukungan, dan sebagainya mengenai masalah-masalah dan kejadian politik dan keputusan politik. Individu mungkin mempunyai perasaan atau penolakan terhadap sistem politik, barangkali oleh karena keluarga atau sahabatnya mempunyai sikap sehingga dia tidak menanggapi sistem politik. Oleh karena itu ia memberikan tanggapan yang wajar terhadap sistem politik. Hal ini merupakan dimensi afeksi dari individu terhadap kehidupan politik.
  3. Evaluative orientations yakni penilaian dan pendapat individu terhadap masalah-masalah dan kejadian politik yakni selalu terlibat di dalamnya penerapan nilai yang dihayatinya terhadap masalah dan kejadian politik. Individu mungkin mengadakan evaluasi terhadap sistem politik berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya. Misalnya, individu mengadakan evaluasi atau mengkritik sistem sebagai tidak responsif terhadap tuntutan politik, berdasarkan nilai atau ideologi demokrasi, atau individu mengkritik sistem politik, berdasarkan nilai atau ideologi demokrasi, atau individu mengkritik sistem politik yang korup dan nepotisme berdasarkan nilai atau ideologi keadilan sosial. 
orientasi masyarakat dalam politikOrientasi individu terhadap kehidupan politik meliputi tiga komponen yang telah dijelaskan oleh Almond dan Powell tersebut diatas. Dan penulis menyimpulkan bahwa seorang individu mungkin memiliki tingkat pemahaman tinggi terhadap kerja sistem politik, siapa pemimpinya dan masalah-masalah dari kebijakan inilah yang disebut orientasi kognitif Mungkin hal ini disebabkan oleh budaya politik di Indonesia sendiri. Namun ia memiliki perasaan aliansi atau penolakan terhadap terhadap sistem. Sedangkan keluarga atau sahabatnya sudah punya sikap seperti itu. Mereka tidak merespon tuntutan terhadapnya oleh sistem, itulah yang disebut orientasi afektif. Penilainya dan opini tentang objek politik yang biasanya melibatkan nilai-nilai standar terhadap objek politik dan kejadian-kejadian inilah yang disebut orientasi evaluatif. Setiawan (2012 : 128) mengatakan kepemilikan Ketiga orientasi politik secara bersamaan disertai partisipasi yang konkrit akan menjadi pola tingkah-laku secara individu atau kelompok akan memberi kontribusi kondusif bagai tumbuhnya budaya politik partisipan.

Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21

Memahami makna dan Arti Pancasila Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.  Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan d

Perilaku Memilih masyarakat "Golput" pada Pemilu Eksekutif dan legislatif di Indonesia

 KAJIAN ILMU   POLITIK TENTANG PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU EKSEKUTIF  “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu” (Golput) 1.  Pendahuluan /latar belakang masalah Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2009 saja Indonesia sudah melaksanakan 10 kali pemilihan umum eksekutif. Fakta dalam setiap pelaksanaan eksekutif masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan cendrung meningkat dari setiap pelaksanaan eksekutif. Perilaku tidak memilih pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral untuk mempro