Skip to main content

Klasifikasi Budaya Politik (political clasification)

Memahami Klasifikasi Budaya Politik


Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi budaya  politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik memiliki budaya politik yang berbeda. Gabriel Almond (Setiawan, 2012 : 124) mengajukan pengklasifikasian budaya politik sebagai berikut :


1.  Budaya politik Parokhial (Parochial Political Culture) yaitu tingkat parsipasi politik sangat   rendah, yang disebabkan faktor kognitif.
2.  Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yaitu masyarakat sudah relatif Maju (baik sosial maupun ekonomi) tetapi masih bersifat pasif.
3.  Budaya Politik Partipan (Participant Political Culture) yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi.

            Dalam kehidupan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahwa terbentuknya budaya politik  masyarakat merupakan gabungan dari ketiga klafikasi tersebut diatas. Tentang klasifikasi budaya politik di dalam masyarakat lebih lanjut oleh Almond (Halking, 2010 : 76-79), adalah sebagai berikut :
1.  Budaya Politik Parokhial (Parochial Political Culture) yang secara singkat, dapat diartikan sebagai individu atau kelompok masyarakat yang tidak atau kurang mengetahui apa yang terjadi di luar lingkunganya termasuk sistem politik dan mempengaruhi sistem politik. Budaya politik parokial terbatas pada wilayah yang kecil, sempit dan terpencil dan bersifat lokalitas. Dalam masyarakat yang masih tradisional yang spesialisnya demikian kecil, maka pelaku politik sering juga sebagai pameran pelaku dalam bidang keagamaan, ekonomi, adat istiadat dan sebagainya.
2.  Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yang secara singkat, berarti individu atau kelompok masyarakat yang mempunyai pengetahuan dan mengenal sistem politik dan lingkunganya akan tetapi merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mempengaruhi sistem politik, sehingga mereka hanya berorientasi pada output, mereka hanya menjadi objek saja. Selanjutnya perhatian terhadap proses input serta kesadaranya sebagai aktor politik yang mempunyai hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam sistem politik dapat dikatakan rendah. Masyarakatnya mengetahui dan mengenal sistem politik, mengenal dunia sekelilingnya akan tetapi merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mengambil bagian secara aktif dalam sistem politik.
3.    Budaya Politik Partipan (Participant Political Culture) yang secara singkat berarti individu atau kelompok masyarakat yang mengetahui dan mengenal secara baik sistem politiknya dalam sekala besar disebut dengan budaya politik Indonesia dan berusaha ikut serta berjalanya sistem politik. Budaya politik partisipan ditandai oleh adanya pengetahuan dan kesadaran akan sistem politik dan dan juga mempunyai kesadaran sebagai aktor politik yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengubah dan memperbaiki sistem politik, individu atau kelompok masyarakat proses sistem politik input yakni pengajuan tuntutan dan dukungan maupun dalam proses output yakni dalam proses penyusunan dan pelaksanaan kebijakan berusaha mempengaruhi dan kritis dalam sistem politik.

            Di atas sudah dijelaskan klasifikasi budaya politik dibedakan atas tiga bagian, dan penulis dapat memahami bahwa :
1.    Budaya politik parokial, menunjuk pada orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Dalam masyarakat seperti ini para pelaku politik sangat terbatas karena  anggota masyarakatnya kurang menaruh perhatian.
2.    Budaya politik kaula/ subjek, orang-orang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun memberi suara dalam pemilihan. Anggota masyarakatnya menganggap diri tidak berdaya untuk mempengaruhi dan mengubah sistem sehingga hanya menyerah saja kepada segala keputusan dan kebijakan itu sehingga hanya mengikuti segala anjuran pemimpinya.

3.    Budaya politik partisipan, menunjuk pada orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiata politik, paling tidak dalam pemberian suara dan memperoleh informasi yang cukup banyak tentang kehidupan politik. Anggota massyarakatnya menyadari hak dan kewajiban dan tidak akan diam apabila ada kesalahan dalam perpolitikan karena masyarakat menganggap bahwa ia mampu berbuat untuk melakukanya. Budaya politik partisipan ini sangat cocok untuk perilaku masyarakat yang demokratis karena akan menyadari pentingnya partisipasi sebagai penggerak demokrasi dalam masyarakat. 

Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Memahami Sifat dan Hakikat Kebudayaan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi

Aspek - Aspek dalam Pembelajaran

Memahami Aspek Pembelajaran Berdasarkann teori menurut Bloom seperti yang dikutip dalam Suprijono(2010 : 6) bahwa: “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Aspek kognitif meliputi pengetahuan seseorang dalam belajar dimana pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam berpikir. Demikian dengan aspek afektif yang meliputi sikap seseorang. Dengan pemenuhan terhadap aspek ini seseorang dapat memberikan reaksi yang didasarkan pada aspek kognitif. Aspek psikomotorik merupakan tindakan yang dihasilkan melalui aspek-aspek sebelumnya, dimana aspek ini muncul setelah melalui beberapa tahap dari  aspek kognitif dan afektif.Aspek pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran. Menurut Ahmadi (2003 : 260) yaitu : “problematika How : masalah how (bagaimana) berkenaan dengan cara/metode yang digunakan dalam proses pendidikan”. Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang guru adalah solusi cerdas untuk dapat meningkatkan hasil siswa dalam belajar, di mana p