Skip to main content

Bagaimana Mengukur dan Menilai Hasil dari Proses Belajar

Beberapa Teori Tentang Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar

Pengukuran dapat diartikan sebagai suatu indakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala (Sutrisno Hadi, Metodologi Research).  Implikasi ialah kita ingin mengukur hasil hasil belajar  (mungkin dengan interview, observasi, pemberian tugas, ulangan/ujian atau dengan mempergunakan test).

Baca juga :
Arti memperbandingkandengan standar (by comparison  with a standart).standart disini berarti ukuranterentu sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan/pengajaran. Engukuran disini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh murid –murid berhasil dalam belajarnya atau berhasil menguasai isi pengajaran yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu apabila test dimaksudkan untuk mengetahui hal tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan tujuan yang dimaksudkan. Tujuan ini selanjutnya dipergunakan sebagai bahan/dasar penyusunan test.



Penilaian adalah suatu tindakan untuk memberikan interprestasi terhadap hasil pengukuran, dengan menggunakan norma tertentu, untuk mengetahui tinggi/rendahnya atau baik buruknya aspek tertentu. Pengertian interprestasi di sini berarti memberikan/menetapkan harga/value tentang baik buruknya atau tinggi rendahnya hasil pengukuran.

Contoh pengukuran.
A=8, B=4, C=7, D=6,E=6 dan F=6

Hasil-hasil pengukuran tersebut sebenarnya tidak akan dapat kita nilai tanpa menggunakan norma terentu. Maka dimanakah  normanya?

Jika 6 kita nyatakan sebagai norma unuk menetapkan baik/buruknya atau tinggi/rendahnya atau pandai/kurang pandai dalam menguasai atau suatu pelajaran tertentu, maka interprestasikita ialah:

A dan C (8 dan 7) termasuk murid yang pandai D,E dan F (6,6 dan 6) termasuk murid yang sedang, dan B (40 termasuk murid yang kurang).  Dengan contoh tersebut jelas kiranya bahwa pengukuran bersifat kuantitatif, pengukuran selalu dihubungkan dengan standart, tujuan yang diukur penilaian dihubungkan dengan norma.
H.H. Remmes dan N.L Gage dalam bukunya:
Educational measurement and evaluation menggunakan tujuan evaluasi hasil belajar antara lain sebagai berikut:
  1. Untuk mempertahankan standart ( to maintain standarts)
  2. Untuk menyeleksi murid-murid (to select students)
  3. Untuk memberikan motivasi belajar ( to motivate learning)
  4. Untuk memberikan pedoman mengajar (to guide teaching).
  5. Untuk menilai guru, metode mengajar, buku pegangan dan isi kurikulum (to apparaise teachers, teaching methode, books, curricular contoh, etc)
  6. Untuk memberiakan pengalaman kepada murid dalam menilai proses belajarnya (self evaluation).

Menurut Ardent. N. Frandesen  dalam bukunya: education psycology mengemukakan fungsi-fungsi evaluasi hasil belajar sebagai beriku t:
  1. Untuk menempatkan murid dalam kelompok/kelas tertentu
  2. Untuk mengenal/mengetahui tentang sebab-sebab kesulitan belajar murid.
  3. Untuk membimbing cara belajar murid.
  4. Untuk menilai kemajuan belajar murid.
  5. Untuk meramal keberhasilan belajar berikutnya 
  6. Untuk menilai kurikulum dan metode mengajar.
Selanjutnya CC. Ross dan julian C. Stanley dalam bukunya : Measurement in Today’s School, mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar dapat berfungsi untuk :
  1. Memberikan motivasi belajar
  2. Diagnosis kesulitan belajar ( diagnosis)
  3. Penempatan/menggolong-golongkan anak sesuai dengan prestasinya dan selanjutnya untuk kepentingan kenaikan kelas.
  4. Memberikan bimbingan belajar
  5. Memberikan penilaian terhadap sekolah, seperti organisasinya, program, hasilnya dan sebagainya.
Sedangkan Sumardi suryobroto dalam bukunya : psykologi pendikan menjelaskan tentang

fungsi-fungsi penilaian hasil belajar ke dalam 3 golongan, yaitu:

1.    Fungsi psychologis, Yaitu agar dapat memperoleh kepastian tentang statusnya dalam kelas.
2.    Fungsi dikdatis yang meliputi Beberapa Aspek diantaranya :
  • Bagi anak didik, keberhasilan maupun kegagalan belajar berikutnya. Jadi akan dapat memberikan motivasi belajar selanjutnya.
  • Bagi pendidik, penilai hasil belajar akan dapat menilai tentang keberhasilan mengajarnya termasuk metode mengajar yang dipergunakan.
3.    Fungsi administratif, yaitu dengan adanya hasil penilaian dalam bentuk raport (Transcip) atau buku laporan tentang kemajuan belajarnya, akan  dapat dipenuhi berbagai fungsi administrasi seperti :
  •  merupakan inti laporan kepada orang tua pejabat-pejabat, guru-guru dan murid-murid itu sendiri.
  • Merupakan data bagi murid, apabila dia akan naik kelas, pindah sekolah maupun untuk melamar pekerjaan.
  • Dari data tersebut kemudian dapat berfungsi untuk menentukan status anak dalam kelasnya.
  • Memberikan ikhtisar mengenai segala hasil usaha yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan.
Fungsi-fungsi evaluasi:

1)    Fungsi-fungsi evaluasi untuk kepentingan murid.
2)    Fungsi evaluasi untuk kepentingan pendidikan.
3)    Fungsi evaluasi untuk kepentingan organisasi/lembaga yang mengatur pendidikan.

1.    Fungsi evaluasi hasil belajar untuk kepentingan murid.
  • untuk mengetahui kemajuan belajarnya.
  • Untuk dipergunakan sebagai dorongan (motivasi) belajar.
  • Untuk memberikan pengalaman belajar (self evalution)
2.    Fungsi evaluasi hasil belajar untuk kepentingan pendidikan
  • Untuk menyeleksi murid- murid yang selanjutnya berguna untuk meramal keberhasilan berikutnya.
  • Untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar murid yang selanjutnya berguna untuk memberikan bimbingan belajar kepada murid.
  • Untuk memberikan pedoman pengajaran.
  • Untuk mengetahui ketepatan metode mengajar.
  • Untuk menempatkan murid di dalam kelasnya dalam grade-grade (tingkat-tingkat tertentu, pandai, sedang, berkurang).
3.    Fungsi evaluasi untuk kepentingan organisasi/lembaga pendidikan
  • Untuk mempertahankan standart pendidikan.
  • Untuk menilai ketepatan kurikulum yang disediakan.
  • Untuk menilai kemajuan disekolah.
Pengertian Validitas Tes

Validitas test ialah kadar ketelitian test untuk dapat memenuhi fungsinya  dalam menggambarkan keadaan aspek yang diukur dengan tepat/teliti. Dari definisi tersebut dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu:
  1. Tingkat ketelitian test untuk menggambarkan keadaan aspek yang diukur.
  2. Tingkat kesesuaian test untuk menggambarkan keadaan aspek yang diukur atau dengan kata lain apakah test tersebut sudah memenuhi fungsinya sebagai alat pengukur. Remmers, Gage.
Dalam uraian selanjutnya aa yang diaksudkan dengan validitas test adalah relevansi test. Dalam buku “A Practikal Introduction to measurement and Evaluation, tulisan : Remmers, Gage dan Rummed, kita temukan ada  4 macam tipe validitas, yaitu:
  1. Content validity
  2. Concurent validity
  3. Predictive validity
  4. Construct validity
  5. Content validity
Sekarang Kita bahas Satu persatu :
Content validity

Ialah validitas alat pengukur yang dicari dengan menggunakan isi/materi program/tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai kriteria/pedoman.

Concurent validity

Ialah kesesuaian/ketepatan alat pengukur di mana yang dijadikan kriteria ketepatan adalah alat pengukur lain yang sudah dipandang valid.

Predictive validity

Dalam validitas  prediktip itu yang dijadikan kriteria kesesuaian adalah bukti/keterangan/laporan yang dikumpulkan tentang keberhasilan itu pada beberapa waktu kemudian.
Construct validity

Adalah validity tes yang dicari dengan menguraikan aspek (kontruksi) dari sesuatu hal yang yang hendak diukur.

Kita mengambil contoh untuk Test pemahaman Menjadi Warga Negara Yang baik dapat disususun dengan kontruksi sebagai berikut :
1.    Kemampuan Menunjukan prilaku yang baik
2.    Kemampuan menahan diri terhadap pengaruh negatif
3.    Kemampuan untuk bertoleransi dan saling membantu satu sama lain
4.    Kemampuan kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dalam lingkungan
Langkah-langkah umum dalam menyusun validitastes, atau yang disebut dengan prosedur validasi.
  1. Susunlah test yang akan dinilai validitasnya.
  2. Carilah alat lain yang dapat dipergunakan sebagai ukuran/bahan pembanding/kriterium.
Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas test.
  1. Pengaruh latar belakanng kebudayaan subjek, seperti keadaan status ekonomi.
  2. Keadaan tipe test. Tiap-tiap test akan berpengaruh terhadap validitas jawaban anak.
  3. Kurang jelasnya petunjuk mengerjakan test. Kurang jelasnya dalam meberikan petunjuk cara mengerjakan test.
Hal yang yang paling berkaitan dengan penilaian hasil belajar adalah perlunya Evaluasi atau penilaian  yang merupakan sebuah proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program. Jadi yang dinilai adalah programnya yaitu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Sedang aspek yang dinilai dari program tersebut adalah keberhasilan dan efisiensi pelaksanaan program.
Menilai pada dasarnya kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jadi, membandingkan antara tujuan yang ada dalam program dengan kondisi riil setelah program tersebut dilaksanakan

Evaluasi dibutuhkan oleh Departemen, Kantor, Sekolah, Yayasan Kelas dan sebagainya. Evaluasi dilaksanakan oleh yang merencanakan dan melaksankan program. Namun dapat juga dilakukan oleh pihak lain yang berkompeten di luar yang merenanakan dan melaksanakan program.
Dari hasil evaluasi dapat diambil keputusan atau kebijakan apakah program tersebut diteruskan, diperbaiki atau diganti...... Untuk melihat artikel tentang evaluasi silahkan klik  Hakikat evaluasi pembelajaran

Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21

Memahami makna dan Arti Pancasila Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.  Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan d

Perilaku Memilih masyarakat "Golput" pada Pemilu Eksekutif dan legislatif di Indonesia

 KAJIAN ILMU   POLITIK TENTANG PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU EKSEKUTIF  “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu” (Golput) 1.  Pendahuluan /latar belakang masalah Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2009 saja Indonesia sudah melaksanakan 10 kali pemilihan umum eksekutif. Fakta dalam setiap pelaksanaan eksekutif masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan cendrung meningkat dari setiap pelaksanaan eksekutif. Perilaku tidak memilih pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral untuk mempro