Berikut Ini adalah beberapa kekuatan politik yang ada di Indonesia, diantaranya adalah Mahasiswa dan angkatan muda, Cendikiawan, Partai Politik dan Pengusah. Mahasiswa yang selalu mengaspirasikan suaranya utuk sebuah perubahan, eksistensi mahasiswa inilah salah satu bukti dari kekuatan politik
itu sendiri. Beberapa Penggolongan Kekuatan Politik di Indonesia itu adalah antara lain :
1. Mahasiswa dan Angkatan Muda sebagai kekuatan politik
Sumpah Pemuda tahun 1928 dianggap yang pertama kali mengeluarkan pendapat bahwa angkatan muda merupakan komponen dalam masyarakat yang juga mengambil bagian didalam kehidupan politik Indonesia. Tercapainya kemerdekaan, tidaklah mengendorka nkegiatan angkatan muda di dalam politik Indonesia, dengan kata lain teknik perjuangan, permasalahan yang menjadi titik tolak kegiatan dari aktivitas bisa berbeda dari waktu kewaktu. Bagi partai politik, perkembangan jumlah mahasiswa dilihat sebagai kekuatan potensial, karena itu menjelang pemilu tahun 1955 partai politik meningkatkan kegiatan di kalangan mahasiswa dalam rangka memperoleh dukungan, karakteristik dari mahasiswa sendiri merupakan faktor pendorong bagi meningkatnya peranan mereka di dalam kehidupan politik angkatan muda. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horizon yang cukup luas di antara keseluruhan untuk lebih mampu bergerak diantara pelapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, mahasiswa dianggap telah melalui proses sosialisasi yang terpanjang di antara angkatan muda. Di damping oleh sosialisasi di bidang politik yang sekiranya didapat dari berbagai organisasi mahasiswa, baik yang pro kepada salah satu partai politik, maupun yang bukan.
Maka mahasiswa merupakan kelompok dari angkatan muda yang mempunyai pengetahuan sosial dan politik yang lebih banyak. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa, jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, maka universitas lebih kentaramaknanya bagi pembentukan akulturasi sosial dan budaya dikalangan angkatan muda. Keempat, mahasiswa dia nggap sudah menjadi atau merupakan kalangan elit di antarkalangan angkatan muda lainnya, sebab mahasiswa yang merupakan bagian kecil dari angkatan muda umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang lebih baik dibandingkan angkatan muda lainnya. Kelima, meningkatnya kepemimpinan mahasiswa di kalangan angkatan muda tidak terlepas daripada perubahan kecenderungan orientasi universitas.
Mahasiswa sebagai komponen universitas mempunyai kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang masalah-masalah seperti halnya, hampir separuh daritamatan universitas yang berasal dari daerah tidak kembali ke daerah asalnya malah mencari pekerjaan di kota, hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan di daerah tidak memadai untuk tamatan universitas. Adapun faktor-faktor pendorong mahasiswa untuk terjun ke dunia politik tidaklah terpisahdari unsur-unsur penyebab politik angkatan muda.
Perbedaan nilai antara generasi angkatan muda dengan generasi angkatan yang lebih tua mendorong terbentuknya generasi mudasebagai kekuatan politik di Indonesia, akan tetapi sesuai dengan tanggapan mereka terhadap lingkungan dan diri sendiri membuat generasi muda lebih tertarik kepada masalah-masalah kesempatan kerja, kebebasan berbicara dan berkumpul, karena menurut mereka hal-hal tersebut akan mereka hadapi secara nyata dan akan mempengaruhi kehidupan mereka di haridepan. Umumnya mahasiswa yang aktif berpolitik adalah mereka yang memiliki pandangan pesimis mengenai kemungkinan untuk memperoleh posisi yang baik di dalam masyarakat, sebaliknya mahasiswa yang berhasil studinya dan lebih yakin akan ketersedianya kesempatan untuk memperoleh jabatan yang baik, pada umumnya memperlihatkan kecenderungan yangkecil untuk berpolitik. Di dalam hal ini, faktor idealisme yang mendorong bagi kegiatan politik mahasiswa pada umumnya mungkin akan memberikan jawaban yang bermakna untuk diperhatikan. Semua unsur-unsur di atas bersama-sama mendorong kegiatan politik mahasiswa disekitar pergantian sistem politik Demokrasi Terpimpin kepada sistem politik Demokrasi Pancasila.
2. Partai Politik
Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah sistem politik. Karena pasti sistem politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat. Dalam suatu system politik terdapat berbagai unsur, dan salah satu unsur tersebut adalah partai politik.
Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai jabatan-jabatan publik di Indonesia.
3. Golongan Cendikiawan
Cendekiawan dalam arti intelektual mengandung syarat-syarat tertentu. Soedjatmoko contohnya, adalah seseorang yang tidak pernah lulus perguruan tinggi, namun ia diakui sebagai cendekiawan besar karena ia melahirkan tulisan ilmiah mengenai ide-ide sosial dan kemanusiaan. Cendekiawan tidak perlu seorang sarjana, bahkan sarjana sendiri belum tentu merupakan seorang cendekiawan. Kriteria cendekiawan yang umumnya disepakati salah satunya adalah, cendekiawan memiliki sikap dan visi intelektual yang mengatasi batas-batas disiplin, yang memiliki komitmen kuat pada kemanusiaan, harkat, nilai-nilai, aspirasi dan hati nurani yang memiliki sikap kritis dan mandiri.
Tujuan dan Fungsi ICMI (IKATAN CENDIKIAWAN MUSLIM INDONESIA)
Saat pertama kali didirikan golongan cendikiawan yang bernama ICMI diketuai oleh Prof. Dr. B. J. Habibie, selaku Menteri Negara Riset dan Teknologi. ICMI adalah organisasi cendekiawan muslim yang menghimpun berbagai unsur cendekiawan dari berbagai kalangan masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan persatuan dan kesatuan banga, ICMI melakukan kerjasama dengan pemerintah, organisasi cendekiawan lain, ormas-ormas, dan berbagai unsur kalangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan maksud didirikannya ICMI yaitu meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pilihan ini tepat karena penguasaan iptek akan menjadi faktor penentu bagi suksesnya pembangunan Indonesia di abad ke-21.
Seperti tertulis dalam anggaran dasarnya, ICMI bertujuan mewujudkan tata kehidupan masyarakat madani yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia. ICMI merupakan ormas yang berasaskan Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan; keilmuan, kepakaran, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan, kebebasan, kemandirian, dan kekeluargaan.
Dari perspektif politik, kehadiran ICMI ini memiliki pengertian strukturalistik. Dengan berhimpun dalam satu wadah, sumber daya intelektual dan spiritual akan memperkaya wahana dan infrastruktur umat Islam. Basis ini dengan sendirinya akan memberi peluang untuk mengasah sumber-sumber kekuasaan agar menjadi kekuatan politik yang fungsional. Akses politik Islam akan menjadi semakin terlihat. ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.
Menurut Emil Salim, ICMI merupaka wadah yang terbuka bagi seluruh intelektual Islam. Potensi cendekiawan muslim yang berasal dari aliran apapun, warna politik manapun, dari kelompok manapun, selama ia muslim dapat dihimpun dalam kesatuan cendekiawan muslim. Menurut Nurcholis Madjid, munculnya ICMI adalah akibat dari pertumbuhan masyarakat Islam di Indonesia.
4. Pengusaha
Definisi tentang pengusaha berevolusi terus-menerus sejalan dengan perubahan struktur ekonomi duni dan menjadi semakin kompleks. Sejak permulaan pada zaman pertengahan. Ketika digunakan untuk pekerjaan tertentu, istilah pengusaha telah didefinisikan ulang dan diperluas untuk memasukkan konsep yang lebih terkait dengan orang daripada pekerjaan, pengambilan risiko , inovasi, dan penciptaan kekayaan adalah di antara contoh criteria yang telah dikembangkan ketika studi tentang pembentukan bisnis baru berkembang. dalam buku ini Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean yang mempunyai kekuatan dan pengaruh terhadap berbagai kebijakan di negara Republik Indonesia.
itu sendiri. Beberapa Penggolongan Kekuatan Politik di Indonesia itu adalah antara lain :
1. Mahasiswa dan Angkatan Muda sebagai kekuatan politik
Sumpah Pemuda tahun 1928 dianggap yang pertama kali mengeluarkan pendapat bahwa angkatan muda merupakan komponen dalam masyarakat yang juga mengambil bagian didalam kehidupan politik Indonesia. Tercapainya kemerdekaan, tidaklah mengendorka nkegiatan angkatan muda di dalam politik Indonesia, dengan kata lain teknik perjuangan, permasalahan yang menjadi titik tolak kegiatan dari aktivitas bisa berbeda dari waktu kewaktu. Bagi partai politik, perkembangan jumlah mahasiswa dilihat sebagai kekuatan potensial, karena itu menjelang pemilu tahun 1955 partai politik meningkatkan kegiatan di kalangan mahasiswa dalam rangka memperoleh dukungan, karakteristik dari mahasiswa sendiri merupakan faktor pendorong bagi meningkatnya peranan mereka di dalam kehidupan politik angkatan muda. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horizon yang cukup luas di antara keseluruhan untuk lebih mampu bergerak diantara pelapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, mahasiswa dianggap telah melalui proses sosialisasi yang terpanjang di antara angkatan muda. Di damping oleh sosialisasi di bidang politik yang sekiranya didapat dari berbagai organisasi mahasiswa, baik yang pro kepada salah satu partai politik, maupun yang bukan.
Maka mahasiswa merupakan kelompok dari angkatan muda yang mempunyai pengetahuan sosial dan politik yang lebih banyak. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa, jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, maka universitas lebih kentaramaknanya bagi pembentukan akulturasi sosial dan budaya dikalangan angkatan muda. Keempat, mahasiswa dia nggap sudah menjadi atau merupakan kalangan elit di antarkalangan angkatan muda lainnya, sebab mahasiswa yang merupakan bagian kecil dari angkatan muda umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang lebih baik dibandingkan angkatan muda lainnya. Kelima, meningkatnya kepemimpinan mahasiswa di kalangan angkatan muda tidak terlepas daripada perubahan kecenderungan orientasi universitas.
Mahasiswa sebagai komponen universitas mempunyai kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang masalah-masalah seperti halnya, hampir separuh daritamatan universitas yang berasal dari daerah tidak kembali ke daerah asalnya malah mencari pekerjaan di kota, hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan di daerah tidak memadai untuk tamatan universitas. Adapun faktor-faktor pendorong mahasiswa untuk terjun ke dunia politik tidaklah terpisahdari unsur-unsur penyebab politik angkatan muda.
Perbedaan nilai antara generasi angkatan muda dengan generasi angkatan yang lebih tua mendorong terbentuknya generasi mudasebagai kekuatan politik di Indonesia, akan tetapi sesuai dengan tanggapan mereka terhadap lingkungan dan diri sendiri membuat generasi muda lebih tertarik kepada masalah-masalah kesempatan kerja, kebebasan berbicara dan berkumpul, karena menurut mereka hal-hal tersebut akan mereka hadapi secara nyata dan akan mempengaruhi kehidupan mereka di haridepan. Umumnya mahasiswa yang aktif berpolitik adalah mereka yang memiliki pandangan pesimis mengenai kemungkinan untuk memperoleh posisi yang baik di dalam masyarakat, sebaliknya mahasiswa yang berhasil studinya dan lebih yakin akan ketersedianya kesempatan untuk memperoleh jabatan yang baik, pada umumnya memperlihatkan kecenderungan yangkecil untuk berpolitik. Di dalam hal ini, faktor idealisme yang mendorong bagi kegiatan politik mahasiswa pada umumnya mungkin akan memberikan jawaban yang bermakna untuk diperhatikan. Semua unsur-unsur di atas bersama-sama mendorong kegiatan politik mahasiswa disekitar pergantian sistem politik Demokrasi Terpimpin kepada sistem politik Demokrasi Pancasila.
2. Partai Politik
Berjalannya suatu Negara pasti tak lepas dari sebuah sistem politik. Karena pasti sistem politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik. System politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat. Dalam suatu system politik terdapat berbagai unsur, dan salah satu unsur tersebut adalah partai politik.
Partai politik dalam hubungannya dengan system social politik ini memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam proses pembuatan dan penerapan kebijakan di Indonesia, apabila melihat keadaan sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai jabatan-jabatan publik di Indonesia.
3. Golongan Cendikiawan
Cendekiawan dalam arti intelektual mengandung syarat-syarat tertentu. Soedjatmoko contohnya, adalah seseorang yang tidak pernah lulus perguruan tinggi, namun ia diakui sebagai cendekiawan besar karena ia melahirkan tulisan ilmiah mengenai ide-ide sosial dan kemanusiaan. Cendekiawan tidak perlu seorang sarjana, bahkan sarjana sendiri belum tentu merupakan seorang cendekiawan. Kriteria cendekiawan yang umumnya disepakati salah satunya adalah, cendekiawan memiliki sikap dan visi intelektual yang mengatasi batas-batas disiplin, yang memiliki komitmen kuat pada kemanusiaan, harkat, nilai-nilai, aspirasi dan hati nurani yang memiliki sikap kritis dan mandiri.
Tujuan dan Fungsi ICMI (IKATAN CENDIKIAWAN MUSLIM INDONESIA)
Saat pertama kali didirikan golongan cendikiawan yang bernama ICMI diketuai oleh Prof. Dr. B. J. Habibie, selaku Menteri Negara Riset dan Teknologi. ICMI adalah organisasi cendekiawan muslim yang menghimpun berbagai unsur cendekiawan dari berbagai kalangan masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan persatuan dan kesatuan banga, ICMI melakukan kerjasama dengan pemerintah, organisasi cendekiawan lain, ormas-ormas, dan berbagai unsur kalangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan maksud didirikannya ICMI yaitu meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pilihan ini tepat karena penguasaan iptek akan menjadi faktor penentu bagi suksesnya pembangunan Indonesia di abad ke-21.
Seperti tertulis dalam anggaran dasarnya, ICMI bertujuan mewujudkan tata kehidupan masyarakat madani yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia. ICMI merupakan ormas yang berasaskan Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan; keilmuan, kepakaran, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan, kebebasan, kemandirian, dan kekeluargaan.
Dari perspektif politik, kehadiran ICMI ini memiliki pengertian strukturalistik. Dengan berhimpun dalam satu wadah, sumber daya intelektual dan spiritual akan memperkaya wahana dan infrastruktur umat Islam. Basis ini dengan sendirinya akan memberi peluang untuk mengasah sumber-sumber kekuasaan agar menjadi kekuatan politik yang fungsional. Akses politik Islam akan menjadi semakin terlihat. ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.
Menurut Emil Salim, ICMI merupaka wadah yang terbuka bagi seluruh intelektual Islam. Potensi cendekiawan muslim yang berasal dari aliran apapun, warna politik manapun, dari kelompok manapun, selama ia muslim dapat dihimpun dalam kesatuan cendekiawan muslim. Menurut Nurcholis Madjid, munculnya ICMI adalah akibat dari pertumbuhan masyarakat Islam di Indonesia.
4. Pengusaha
Definisi tentang pengusaha berevolusi terus-menerus sejalan dengan perubahan struktur ekonomi duni dan menjadi semakin kompleks. Sejak permulaan pada zaman pertengahan. Ketika digunakan untuk pekerjaan tertentu, istilah pengusaha telah didefinisikan ulang dan diperluas untuk memasukkan konsep yang lebih terkait dengan orang daripada pekerjaan, pengambilan risiko , inovasi, dan penciptaan kekayaan adalah di antara contoh criteria yang telah dikembangkan ketika studi tentang pembentukan bisnis baru berkembang. dalam buku ini Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean yang mempunyai kekuatan dan pengaruh terhadap berbagai kebijakan di negara Republik Indonesia.