Skip to main content

Golput Implikasi dari Pemilu dan rekrutmen yang tidak tepat (Pemilukada Pati 2011)

Implikasi Pemilu Dalam Pilpres (Pemilukada Pati 2011)

1. Pendahuluan /latar belakang masalah

Pilpres langsung merupakan mekanisme pemilihan umum atau pejabat politik yang mana calon-calon pejabat tersebut langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diartikan sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pasal 1 ayat 1).

Pilkada langsung diterapkan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan secara langsung terhadap calon yang ada. Pilkada langsung dianggap sebagai sebuah kemajuan politik setelah sebelumnya pemilihan kepala daerah dilakukan melalui system perwakilan yaitu dilakukan oleh anggota legislatif. Secara kategoris, fenomena golput dapat ditafsir dengan beberapa cara. Pertama, golput adalah fenomena teologis. Fenomena ini terkait dPilkada langsung merupakan mekanisme pemilihan kepala daerah atau pejabat politik yang mana calon-calon pejabat tersebut langsung dipilih oleh rakyat.
baca juga :  DAMPAK PERILAKU "GOLPUT" DALAM PRESPEKTIF PEMBANGUNAN DEMOKRASI INDONESIA

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diartikan sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pasal 1 ayat 1). Pilkada langsung diterapkan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan secara langsung terhadap calon yang ada. Pilkada langsung dianggap sebagai sebuah kemajuan politik setelah sebelumnya pemilihan kepala daerah dilakukan melalui system perwakilan yaitu dilakukan oleh anggota legislatif. 
pemilu dan golput

Secara kategoris, fenomena golput dapat ditafsir dengan beberapa cara. Pertama, golput adalah fenomena teologis. Fenomena ini terkait dengan tafsir keagamaaan. Kedua, golput adalahengan tafsir keagamaaan. Kedua, golput adalahPilkada langsung merupakan mekanisme pemilihan kepala daerah atau pejabat politik yang mana calon-calon pejabat tersebut langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diartikan sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pasal 1 ayat 1).
Pilkada langsung diterapkan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan secara langsung terhadap calon yang ada. Pilkada langsung dianggap sebagai sebuah kemajuan politik setelah sebelumnya pemilihan kepala daerah dilakukan melalui system perwakilan yaitu dilakukan oleh anggota legislatif. Secara kategoris, fenomena golput dapat ditafsir dengan beberapa cara. Pertama, golput adalah fenomena teologis. Fenomena ini terkait dengan tafsir keagamaaan. Kedua, golput adalahPilkada langsung merupakan mekanisme pemilihan kepala daerah atau pejabat politik yang mana calon-calon pejabat tersebut langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diartikan sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pasal 1 ayat 1). Pilkada langsung diterapkan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menentukan

2. Permasalahan yang di kaji

Pada Pemilukada Pati 2011 perilaku golput diambil dari beberapa faktor yaitu faktor teknis, faktor politis, faktor ideoligis dan faktor identitas. Alasan teknis yaitu mereka yang tidak hadir atau berhalangan hadir karena alassan teknis, atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah atau mereka yang yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan penyelenggara pemilu. Alasan politis, yaitu mereka yang tidak mempunyai pilihan kepada kandidat karena tidak percaya pemilu atau pilkada tidak membawa perubahan yang lebih baik. Alasan ideologis mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal) dan tidak mau terlibat didalamnya entah karena alasan nilai-nilai agama maupun alasan ideologi politik lain. Sedangkan alasan identitas yaitu mereka yang tidak memilih dikarenakan beberapa hal yang ada dalam diri seseorang seperti agama, pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya. 

Masalah Pada Pemilukada Pati 2011 perilaku golput diambil dari beberapa faktor yaitu faktor teknis, faktor politis, faktor ideoligis dan faktor identitas. Alasan teknis yaitu mereka yang tidak hadir atau berhalangan hadir karena alassan teknis, atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah atau mereka yang yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan penyelenggara pemilu. Politis, yaitu mereka yang tidak mempunyai pilihan kepada kandidat karena tidak percaya pemilu atau pilkada tidak membawa perubahan yang lebih baik. Alasan ideologis mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal) dan tidak mau terlibat didalamnya entah karena alasan nilai-nilai agama maupun alasan ideologi politik lain. Sedangkan alasan identitas yaitu mereka yang tidak memilih dikarenakan beberapa hal yang ada dalam diri seseorang seperti agama dll.

Pada Pemilukada Pati 2011 perilaku golput diambil dari beberapa faktor yaitu faktor teknis, faktor politis, faktor ideoligis dan faktor identitas. Alasan teknis yaitu mereka yang tidak hadir atau berhalangan hadir karena alassan teknis, atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah atau mereka yang yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan penyelenggara pemilu. Alasan politis, yaitu mereka yang tidak mempunyai pilihan kepada kandidat karena tidak percaya pemilu atau pilkada tidak membawa perubahan yang lebih baik. 

Alasan ideologis mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal) dan tidak mau terlibat didalamnya entah karena alasan nilai-nilai agama maupun alasan ideologi politik lain. Sedangkan alasan identitas yaitu mereka yang tidak memilih dikarenakan beberapa hal yang ada dalam diri seseorang seperti agama, pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya. Masalahendidikan, jenis kelamin dan sebagainya. Masa Pada Pemilukada Pati 2011 perilaku golput diambil dari beberapa faktor yaitu faktor teknis, faktor politis, faktor ideoligis dan faktor identitas. 

Alasan teknis yaitu mereka yang tidak hadir atau berhalangan hadir karena alassan teknis, atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah atau mereka yang yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan penyelenggara pemilu. Alasan politis, yaitu mereka yang tidak mempunyai pilihan kepada kandidat karena tidak percaya pemilu atau pilkada tidak membawa perubahan yang lebih baik. Alasan ideologis mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi (liberal) dan tidak mau terlibat didalamnya entah karena alasan nilai-nilai agama maupun alasan ideologi politik lain. Sedangkan alasan identitas yaitu mereka yang tidak memilih dikarenakan beberapa hal yang ada dalam diri seseorang seperti agama, pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya. 


3. Kajian Teori/konsep yang di gunakan 

Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk golput tersebut, penelitian ini memiliki kontribusi positif untuk memberikan suatu wacana, walaupun secara akademis belum mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pati, ketika Pemilukada Bupati dan Calon Bupati tahun 2011, maka ditemukan beberapa simpulan bahwa selain variable yang berdasarkan teknis, politis dan ideologis variabel agama dan tingkat pendidikan yang merupakan termasuk dalam faktor identitas juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang untuk golput. 
Gejala yang tampak di masyarakat Pati, ketika dilakukan wawancara dengan beberapa responden adalah adanya kecenderungan bahwa faktor agama menjadi salah satu determinan penting yang melatarbelakangi seseorang untuk berperilaku golput, dari hasil penelitian pada masyarakat Pati pemeluk agama Islam ortodoks yang cenderung untuk tidak memilih calon (kandidat) atau parpol yang tidak memiliki asas dan ideologi yang sama Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk golput tersebut, penelitian ini memiliki kontribusi positif untuk memberikan suatu wacana, walaupun secara akademis belum mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan. 
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pati, ketikaPemilukada Bupati dan Calon Bupati tahun 2011, maka ditemukan beberapa simpulan bahwa selain variable yang berdasarkan teknis, politis dan ideologis variabel agama dan tingkat pendidikan yang merupakan termasuk dalam faktor identitas juga berpengaruh terhadap per Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk golput tersebut, penelitian ini memiliki kontribusi positif untuk memberikan suatu wacana, walaupun secara akademis belum mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan. 

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pati, ketika Pemilukada Bupati dan Calon Bupati tahun 2011, maka ditemukan beberapa simpulan bahwa selain variable yang berdasarkan teknis, politis dan ideologis variabel agama dan tingkat pendidikan yang merupakan termasuk dalam faktor identitas juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang untuk golput. Gejala yang tampak di masyarakat Pati, ketika dilakukan wawancara dengan beberapa responden adalah adanya kecenderungan bahwa faktor agama menjadi salah satu determinan penting yang melatarbelakangi seseorang untuk berperilaku golput, dari hasil penelitian pada masyarakat Pati pemeluk agama Islam ortodoks yang cenderung untuk tidak memilih calon (kandidat) atau parpol yang tidak memiliki asas dan ideologi yang sama seseorang untuk golput. 

Gejala yang tampak di masyarakat Pati, ketika dilakukan wawancara dengan beberapa responden adalah adanya kecenderungan bahwa faktor agama menjadi salah satu determinan penting yang melatarbelakangi seseorang untuk berperilaku golput, dari hasil penelitian pada masyarakat Pati pemeluk agama Islam ortodoks yang cenderung untuk tidak memilih calon (kandidat) atau parpol yang tidak memiliki asas dan ideologi yang sama.

4.Uraian  Pembahasan

Fenomena menarik juga bisa diutarakan bahwa mayoritas responden (66 persen) memberikan suaranya pada Pemilukada Pati 2011 kemarin, bukan dikarenakan kesesuaian aspirasi, namun lebih dikarenakan dirinya bahwa sistem pemerintahan selama ini dinilainya tidak mampu menampung aspirasi masyarakat yang sedang b sehingga dapat diharapkan membawa perubahan pemerintahan dan perubahan di Kabupaten Pati. Fenomena menarik juga bisa diutarakan bahwa mayoritas responden (66 persen) memberikan suaranya pada Pemilukada Pati 2011 kemarin, bukan dikarenakan kesesuaian aspirasi, namun lebih dikarenakan dirinya bahwa sistem pemerintahan selama ini dinilainya tidak mampu menampung aspirasi masyarakat yang sedang berkembang. 

Hal ini memberikan peringatan dini kepada seluruh kandidat juga parpol kontestan, bahwa persepsi yang berkembang di masyarakat selama ini adalah kurang kepedulian masyarakat untuk memilih calon pemimpinnya disebabkan beberapa preseden buruk sebelumnya. Kondisi semacam ini bisa dimengerti karena kinerja kandidat dan parpol setelah mereka terpilih dan duduk di kursi legislatif maupun eksekutif, ternyata kurang peduli lagi pada aspirasi masyarakat yang dulu mendukungnya. Tingginya reduksi kepercayaan publik pada calon kandidat semacam ini sepenuhnya tidak bisa disalahkan, karena umumnya orang kebanyakan masih awam akan pengetahuan dan pema sehingga dapat diharapkan membawa perubahan pemerintahan dan perubahan di Kabupaten Pati. Kondisi semacam ini bisa dimengerti karena kinerja kandidat dan parpol setelah mereka terpilih dan duduk di kursi legislatif maupun eksekutif, ternyata kurang peduli lagi pada aspirasi masyarakat yang dulu mendukungnya. 

Tingginya reduksi kepercayaan publik pada calon kandidat semacam ini sepenuhnya tidak bisa disalahkan, karena umumnya orang kebanyakan masih awam akan pengetahuan dan pemahaman politiknya.haman politiknya.erkembang. Hal ini memberikan peringatan dini kepada seluruh kandidat juga parpol kontestan, bahwa persepsi yang berkembang di masyarakat selama ini adalah kurang kepedulian masyarakat untuk memilih calon pemimpinnya disebabkan beberapa preseden buruk sebelumnya. Kondisi semacam ini bisa dimengerti karena kinerja kandidat dan parpol setelah mereka terpilih dan duduk di kursi legislatif maupun eksekutif, ternyata kurang peduli lagi pada aspirasi masyarakat yang dulu mendukungnya. Tingginya reduksi kepercayaan publik pada calon kandidat semacam ini sepenuhnya tidak bisa disalahkan, karena umumnya orang kebanyakan masih awam akan pengetahuan dan pemahaman politiknya.

5. Penutup

Perilaku golput di Kabupaten Pati pada Pilkada 2011 yang lebih diwarnai faktor Politis dan Ideologis bahwa banyaknya masyarakat yang tidak percaya dengan adanya pemilu yang akan membuat adanya perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan ataupun pemerintahan yang lebih baik. Penulis merasa hal semacam ini perlu dibenahi lagi didalam parpol yang harusnya lebih memperhatikan calon anggotanya yang akan dijadikan kandidat kepala daerah hal ini terbukti pada hasil dari penelitian bahwa masyarakat di Kabupaten Pati.


Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Perilaku Memilih masyarakat "Golput" pada Pemilu Eksekutif dan legislatif di Indonesia

 KAJIAN ILMU   POLITIK TENTANG PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU EKSEKUTIF  “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu” (Golput) 1.  Pendahuluan /latar belakang masalah Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2009 saja Indonesia sudah melaksanakan 10 kali pemilihan umum eksekutif. Fakta dalam setiap pelaksanaan eksekutif masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan cendrung meningkat dari setiap pelaksanaan eksekutif. Perilaku tidak memilih pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral untuk mempro

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21

Memahami makna dan Arti Pancasila Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.  Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan d