Skip to main content

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21


Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara. 

Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula mengenai apa hakikat tiap-tiap sila. Dalam tulisan ini saya akan mencoba menggali bagaimana hakikat sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dalam filsafat dan Etika pancasila.

ideologi pancasila


Pengertian Filsafat 

Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos”  (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan  pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata  tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.

Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:

Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu  dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif 

Plato (472 – 347 s. M.) 

Dlam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan  tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.      

Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila
Pengertian Filsafat Pancasila 

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

Arti Ketuhanan yang Maha Esa 

Tuhan adalah ”causa prima”/sebab yang pertama , karena tidak tergantung pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka tidak ada yang menyamainya. 

Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa 

A. Sebab akibat

Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan segala isinya merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini, yaitu sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa. 

B. Adanya Suara hati 
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif relative transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa. 

C. Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti : Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan sebagainya. Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia mengakui adanya realitas yang maha tinggi.

D. Adanya hidup di dunia ini
E. Adanya Pranata tertib dalam alam semesta 

Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa 

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya adalah Ketuhanan. 

Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ). 

Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai bagi pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi sila pertama yang a ide-ide abstrak umum universal harus sesuai dengan praktek penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu : 
Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu yang disebut ide. Ide ini berada di luar segala sesuatu termasuk alam semesta, dan sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang dimaksud ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.

Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam semesta (termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mempunyai hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab yang lain. Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya. Sehingga rangkaian sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak disebabkan oleh yang lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima )

Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu dzat yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan 

Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya bagaimana kita caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh dari jenis pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan yang lain yang digabungkan, diperbandingkan dan sebagainya.

Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam etika pancasila

Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari putusan rapat Badan pekerja tanggal 29 Desember 1947 yang menekankan agar agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan madrasah serta pesantren hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan bersama menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan setiap siswa dan mahasiswa dapat mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa dapat memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di dalam agamanya masing-masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya. 

Kesimpulan
Tuhan adalah ”causa prima”/sebab yang pertama , karena tidak tergantung pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka tidak ada yang menyamainya. 

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya adalah Ketuhanan. 

Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ). Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya.

Dalam kehidupan kita memang harus menjadikan pancasila sebagai pedoman dasar dan harus melakukan pengamalan sila-sila dalam pancasila. Dalam sila pertama terutama, kita harus menghormati berbagai macam agama yang ada di Indonesia, sebagai perwujudan akan saling menghormati dan menghargai sesama pemeluk agama. Karena Indonesia ini terdiri dari kemajemukan agama di dalam berbagai wilayah Indonesia. 

Selain itu manusia di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan agama yang keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat Indonesia yang Bhineka tunggal Ika dalam rangka perwujudan dan pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Sunoto. Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila. 1985.yogyakarta:PT Hanindita
Kaelan.Filsafat Pancasila.1996.yogyakarta:Paradigma

Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Memahami Sifat dan Hakikat Kebudayaan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi

Aspek - Aspek dalam Pembelajaran

Memahami Aspek Pembelajaran Berdasarkann teori menurut Bloom seperti yang dikutip dalam Suprijono(2010 : 6) bahwa: “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Aspek kognitif meliputi pengetahuan seseorang dalam belajar dimana pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam berpikir. Demikian dengan aspek afektif yang meliputi sikap seseorang. Dengan pemenuhan terhadap aspek ini seseorang dapat memberikan reaksi yang didasarkan pada aspek kognitif. Aspek psikomotorik merupakan tindakan yang dihasilkan melalui aspek-aspek sebelumnya, dimana aspek ini muncul setelah melalui beberapa tahap dari  aspek kognitif dan afektif.Aspek pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran. Menurut Ahmadi (2003 : 260) yaitu : “problematika How : masalah how (bagaimana) berkenaan dengan cara/metode yang digunakan dalam proses pendidikan”. Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang guru adalah solusi cerdas untuk dapat meningkatkan hasil siswa dalam belajar, di mana p