Skip to main content

Evaluasi Komunikasi Politik dan Pencitraan Oleh Kamaruddin Hasan

 “Komunikasi Politik dan Pencitraan”

Pada jurnal ini penulisan kata telah sesuai dengan EYD, akan tetapi peletakan tanda koma dan tanda strip (-) masih kurang teratur. Dan kalimat-kalimat yang tertulis di dalam jurnal ini sudah menggunakan kalimat efektif. Pada bagian pendahuluan atau latar belakang masalahnya, fenomena yang dikaji adalah fenomena yang berdasarkan realita atau fakta yang sebenarnya terjadi dan dilengkapi dengan pandangan atau pendapat-pendapat seseorang, antara lain seperti pendapat Goenawan Muhammad, Barack Obama, Wiranto dan Jeffrie Geovani. Pada bagian kajian teorinya, dalam jurnal ini sudah tepat dan teratur sebab pendapat para ahli sudah sesuai dengan topik jurnal ini. Di dalam pembahasan jurnal ini, sudah sesuai dengan topik dan dilengkapi dengan beberapa gambar yang tujuannya antara lain agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi dan maksud dari jurnal ini. Di bagian penutup, sudah menyimpulkan secara keseluruhan intisari dari jurnal ini. Di bagian daftar pustaka, penulis jurnal ini sudah menggunakan referensi tahun terbaru/ter-update dan lengkap seperti buku, jurnal atau makalah, tesis atau disertasi,artikel/opini dan bertita surat kabar/majalah.
untuk melihat artikrl yang dimaksud  silahkan lihat disini  Komunikasi Politik dan Pencitraan Oleh Kamaruddin Hasan
Dan permasalah yang dikaji dalam jurnal ini yaitu bahwa sistem kampanye dan sistem suara terbanyak, membuat komunikasi dan pencitraan politik yang dilakukan politisi, baik secara institusional maupun individual semakin beragam dan menarik melalui berbagai strategi yang terkadang mengabaikan etika politik.
Dan jika kita analisis, kita kita telah mengetahui bahwa salah satu pernanan dan tujuan komunikasi politik yaitu membentuk citra politik yang baik bagi khalayak.

 Dengan demikian banyak strategi komunikasi politik yang dapat dilakukan oleh politisi dengan tidak mengabaikan etika politik. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik secara langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual. Citra politik seseorang akan membantu bagi seseorang dalam pemahaman, penilaian dan pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan atau pemimpin politik. Citra politik juga membantu bagi seseorang dalam memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang referensi politik.

Baca juga Komunikasi Politik dalam Pemilihan Umum

Para politikus atau pemimpin politik sangat berkepentingan dalam pembentukan citra politik melalui komunikasi politik dalam usaha menciptakan stabilitas sosial dengan memenuhi tuntunan rakyat. Misalnya pengumuman Gubernur kepada daerah atau wilayah setempat bahwa kesulitan ekonomi sudah teratasi dengan sendirinya akan membangkitkan citra dengan masa depan yang lebih baik bagi rakyat. Bahkan mungkin masa jabatannya perlu diperpanjang dengan memilihnya kembali dalam pemilukada yang akan datang. Justru itu, para pemimpin politik harus berusaha menciptakan dan mempertahankan tindakan politik yang membangkitkan citra yang memuaskan, agar dukungan pendapat umum dapat diperoleh dari rakyat sebagai khalayak komunikasi politik. 




Popular posts from this blog

Beberapa Teknik yang digunakan dalam Konseling Kelompok (Bimbingan Konseling)

TEKNIK – TEKNIK KONSELING KELOMPOK Berikut ini adalah beberapa Teknik atau cara yang sering dan dapat digunakan (situasional) untuk kegiatan konseling kelompok dalam bimbingan dan konseling 1. Teknik Re-inforcement (penguatan) Salah satu metode dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan membuat pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru. Contoh : Verbal :“super sekali” Non verbal : acungan jempol 2. Teknik Summary ( Meringkas) Summary adalah kumpulan dari dua tema masalah atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling terjadi. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topic yang dibahas, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Contoh : Konselor menginginkan kelompok nya untuk membuat ringkasan yang telah dibahas. 3. Teknik Pick-Up Konselor me

Memahami Makna Filsafat Pancasila Di abad 21

Memahami makna dan Arti Pancasila Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.  Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan d

Perilaku Memilih masyarakat "Golput" pada Pemilu Eksekutif dan legislatif di Indonesia

 KAJIAN ILMU   POLITIK TENTANG PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU EKSEKUTIF  “Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu” (Golput) 1.  Pendahuluan /latar belakang masalah Bangsa Indonesia sejak tahun 1955 hingga 2009 saja Indonesia sudah melaksanakan 10 kali pemilihan umum eksekutif. Fakta dalam setiap pelaksanaan eksekutif masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya selalu ada dan cendrung meningkat dari setiap pelaksanaan eksekutif. Perilaku tidak memilih pemilih di Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Makna inti dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan pemilu pertama tahun 1955, akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral untuk mempro