Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu proses berkesinambungan yang terjadi pada individu seumur hidupnya. Menurut Slameto (2010 ; 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud dalam pengertian belajar menurut Slameto mempunyai cirri-ciri yaitu: 1). Perubahan terjadi secara sadar, 2). Perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional, 3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5). Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, 6). Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Robins (dalam Trianto: 2010 : 16 ) mendefenisikan belajar adalah :
Proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dalam defenisi tersebut dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: 1). Penciptaan hubungan, 2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami dan 3). Sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan seseorang itu gagal dalam proses belajar. Hasil belajar terjadi karena adanya evaluasi terhadap siswa oleh guru dalam proses pembelajaran.
Baca Juga : Bagaimana Mengukur dan Menilai Hasil dari Proses Belajar
Menurut Djamara (dalam Ekawarna, 2009 : 73) hasil belajar adalah :
Hasil yang diproleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau hufuf. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar juga dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Mulyono (2003 : 37), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah :
Kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan. Belajar itu sendiri ,merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Menurut Romiszowski dalam Mulyono (2003 : 38) Mengemukakan bahwa :
Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari satu sistim pemerosesan masukan (input) masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluaranya adalah perubahan atau kinerja (Performance). Lebih lanjut dikemukakan bahwa perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam saja, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari 4 kategori yaitu : 1). Pengetahuan tentang fakta, 2). Pengetahuan tentang prosedur, 3). Pengetahuan tentang konsep, 4). Pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan juga terdiri dari 4 ketegori yaitu: 1). Ketrampilan untuk berfikir atau ketrampilan kogniti, 2). Ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan motorik, 3). Ketrampilan beraksi atau bersikap dan, 4). Ketrampilan berinteraksi.
Hasil yang diproleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau hufuf. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar juga dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Mulyono (2003 : 37), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah :
Kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan. Belajar itu sendiri ,merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Menurut Romiszowski dalam Mulyono (2003 : 38) Mengemukakan bahwa :
Hasil belajar merupakan keluaran (output) dari satu sistim pemerosesan masukan (input) masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluaranya adalah perubahan atau kinerja (Performance). Lebih lanjut dikemukakan bahwa perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam saja, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari 4 kategori yaitu : 1). Pengetahuan tentang fakta, 2). Pengetahuan tentang prosedur, 3). Pengetahuan tentang konsep, 4). Pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan juga terdiri dari 4 ketegori yaitu: 1). Ketrampilan untuk berfikir atau ketrampilan kogniti, 2). Ketrampilan untuk bertindak atau ketrampilan motorik, 3). Ketrampilan beraksi atau bersikap dan, 4). Ketrampilan berinteraksi.
Baca juga : Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Dick dan Raiser dalam Ekawarna (2009 : 73), mengemukakan bahwa :
hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari 4 macam, yaitu: pengetahuan, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom (dalam Ekawarna, 2009), membedakan hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah efektif (sikap), dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 2 faktor yang ada dari dalam individu (intern) dan luar individu (ekstern). Slavin dalam slameto (2003:15) :
1. Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang mengalami proses belajar. Faktor intern ini meliputi :
a. Faktor jasmani: kesehatan tubuh dalam kesiapan menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langgsung atau tidaknya dalam proses belajar
b. Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan
c. Faktor kelelahan: faktor kelelahan disini dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai kelelahan dalam belajar, dan diusahakan bebas dari kelelahan.
hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari 4 macam, yaitu: pengetahuan, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom (dalam Ekawarna, 2009), membedakan hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah efektif (sikap), dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 2 faktor yang ada dari dalam individu (intern) dan luar individu (ekstern). Slavin dalam slameto (2003:15) :
1. Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang mengalami proses belajar. Faktor intern ini meliputi :
a. Faktor jasmani: kesehatan tubuh dalam kesiapan menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langgsung atau tidaknya dalam proses belajar
b. Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan
c. Faktor kelelahan: faktor kelelahan disini dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai kelelahan dalam belajar, dan diusahakan bebas dari kelelahan.
Baca juga pendapat lain tentang : Faktor - Faktor yang sering Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
2. Faktor-faktor ekstern
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar terdiri dari :
a. Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anak dan anggota keluarga yang lain, kemudian suasana rumah terkait dengan kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga;
b. Faktor sekolah
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar terdiri dari :
a. Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anak dan anggota keluarga yang lain, kemudian suasana rumah terkait dengan kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga;
b. Faktor sekolah
- kurikulum
- relasi siswa dengan guru dan siswa lain;
- disiplin sekolah;
- kondisi dan fasilitas belajar;
- metode adalah cara yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula.
- Faktor masyarakat
Masyarakat meruppakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, dan pergaulan siswa dalam masyarakat.
Selain faktor-faktor diatas, menurut Sudjana (2001:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yaitu :
Kompetisi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetisi guru, yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Motede tersebut harus sesuai dengan materi, efektif dan efisien.
Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama. Tanpa disadari sebenarnya manusia itu sangat ketergantungan dengan manusia yang lainya, begitu juga dalam pembelajaran. Manusia juga membutuhkan kerjasama dengan sesamanya, dalam hal inilah seorang guru perlu membuat diskusi kelompok dalam pembelajaran atau sering disebut dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif identik dengan pembelajaran kelompok.
Wina Sanjaya (2006:241) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model pemebelajaran kelompok yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Alfiannurdin (2003) dalam ( http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-Jigsaw.html) menyatakan bahwa:
Selain faktor-faktor diatas, menurut Sudjana (2001:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yaitu :
Kompetisi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetisi guru, yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Motede tersebut harus sesuai dengan materi, efektif dan efisien.
Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama. Tanpa disadari sebenarnya manusia itu sangat ketergantungan dengan manusia yang lainya, begitu juga dalam pembelajaran. Manusia juga membutuhkan kerjasama dengan sesamanya, dalam hal inilah seorang guru perlu membuat diskusi kelompok dalam pembelajaran atau sering disebut dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif identik dengan pembelajaran kelompok.
Wina Sanjaya (2006:241) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model pemebelajaran kelompok yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Alfiannurdin (2003) dalam ( http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-Jigsaw.html) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Pada akhir-akhir ini pembelajaran kelompok menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina Sanjaya (2006:242) mengemukakan alas an pentingnya diskusi kelompok yaitu :
- Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaliguis dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri;
- Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Selanjutnya menurut Muslich (2008:228), mengemukakan bahwa :
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan kooperatif sebelum pembelajaran kooperatif tersebut digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk satuan pembelajaran tertentu. Ketrampilan koopertif yang dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.
Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itu lah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai hasil untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4 sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Selanjutnya menurut Muslich (2008:228), mengemukakan bahwa :
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan kooperatif sebelum pembelajaran kooperatif tersebut digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk satuan pembelajaran tertentu. Ketrampilan koopertif yang dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.
Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itu lah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai hasil untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan di uji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman di Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins dalam Trianto (2009:73) yaitu :
Model pembelajaran tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar maupun mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaranya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa juga tidak hanya mempelajari materi yang telah diberikan tetapi mereka juga harus memberikan dan mengajarkan meteri tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Baca Juga : Unsur dan Ciri Pembelajaran Jigsaw
Dengan demikian, siswa tidak saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari meteri yang ditugaska. Alfiannurdin dalam (http://aadesanjaya.ogspot.com/2011/01/pembelajaran-kooperatif-tipe-Jigsaw.html) dijelaskan bahwa :
Model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dimana setiap anggota menyumbangkan informasi penggalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran tipe Jigsaw ini merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran kelompok dimana setiap anggota bertanggung jawab atas pengguasaan materi tertentu dan menggajarkannya kepada anggota kelompok ahli masing-masing.
Baca juga artikel tentang : Memahami Model Pembelajaran Jigsaw
Istarani (2012:25) menjelaskan model pembelajaran Jigsaw adalah :
Model pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan powerpoint dimana guru membentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Dan membentuk expart teams (kelompok ahli) dengan jumlah kelompok sebanyak 4 kelompok.
Model pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan powerpoint dimana guru membentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Dan membentuk expart teams (kelompok ahli) dengan jumlah kelompok sebanyak 4 kelompok.
Baca Juga : Langkah-langkah Penerapan Model Jigsaw
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran bagi orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota yang lain. Dengan demikian siswa saling bergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Menurut Lie dalam Masnur Muslich (2008:32) dijelaskan bahwa :
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, tergapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, tergapat kelompok asal dan kelompok ahli, kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Baca juga tentang : Aspek - Aspek dalam Pembelajaran
Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model pembelajaran Jigsaw juga mempunyai unsur-unsur, cirri-ciri, pengaruh dan tahapan-tahapan pembelajaran.
Menurut Elliot Aronson, dalam Trianto (2009:73), model pembelajaran Jigsaw memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
Menurut Elliot Aronson, dalam Trianto (2009:73), model pembelajaran Jigsaw memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
- Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan mereka sehidup sepenanggungan;
- Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri;
- Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;
- Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya;
- Sikap akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok;
- Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya; dan
- Siswa akan diminta pertanggung jawaban secara individual materi yang ditanggani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Aronson, dalam Trianto (2009:75), ada 6 tahapan model pembelajaran Jigsaw yaitu :
- Tahap pertama, dalam tahap ini guru mempersiapkan materi yang dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok sesuai dengan pelajaran kooperatif, yakni siswa dibagi beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang). Terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainya seperti jenis kelamin dan ras.
- Tahap kedua, penyajian materi dalam penerapan kooperatif tipe Jigsaw pada awalnya diperkenalkan melalui penyajian kelas. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
- Tahap ketiga adalah setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Sebagai contoh, jika materi yang diberikan adalah alat komunikasi, seseorang siswa mempelajari tentang etika berkomunikasi, siswa lain mempelajari tentang etiket berkomunikasi.
- Tahap keempat adalah anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari dari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikanya.
- Tahap kelima adalah setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temanya.
- Tahap keenam adalah ada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis. Memberikan kuis pada siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Siswa tidak diperbolehkan bekerjasama pada saat mengerjakan tes itu. Siswa menjawab seluruh pertanyaan secara induvidu.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Trianto (2011:33) mengemukakan langkah langkah model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut :
- Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal disesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran siswa yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temanya jika kembali kelompok asal. Misalnya, suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi penmbelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaranya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal, memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal;
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan;
- Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual;
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang nilai rata-ratanya tinggi;
- Sebaiknya materi untuk dipelajari sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga di kelas hanya membutuhkan sedikit waktu untuk meneruskannya.
Penerapan model pembelajaran Jigsaw tidak seluruhnya berjalan dengan lancar dalam proses pembelajaran, terdapat juga faktor penghambat dan faktor pendukungnya yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
Pemebelajaran kooperatif Jigsaw ini merupakan lingkungan dimana siswa belajar bersama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran dengan model ini akan sangat berkembang jika siswa menguasai pelajaran yang tentunya didukung dengan buku-buku pelajaran yang relevan.
b. Faktor Penghambat
Tidak selamanya proses belajar dengan model Jigsaw ini berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa hambatan yang dapat terjadi. Paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan model ini. Peserta didik dan pengajar masih terbiasa dengan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat yang lain yaitu kurangnya waktu. Proses model pembelajaran ini membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Selain itu juga siswa di dalam kelompok kurang aktif karena setiap orang yang diutus menjadi kelompok tim ahli hanya tok berpatokan kepada buku yang mereka pegang, jadi yang terlihat adalah siswa-siswa hanya menghafal dan bukan memahami, sehingga ketika kembali ke kelompok semula, dalam penyampaiannya hanya membacakan buku kembali.
Selain adanya faktor pendukung dan penghambat dalam model pembelajaran Jigsaw Nurman, (http://wordpress.com/2009/09/06/model-pembelajaran-kooperative-learning-tipe-jigsaw/).
Menurut Yamin dalam Istarani (2012:28) terdapat keuntungan dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam proses belajar mengajar yaitu :
- Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lainnya, dan belajar dari siswa lain.
- Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temanya. Ini secara khusus bermakana ketika dalam proses pemecahan masalah.
- Mambantu siswa belajar menghormati siswa yang pandai dan siswa yang lemah dan menerima perbedaaan ini.
- Suatu strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, berfikir positif antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah sebagai sarana belajar.
- Banyak menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban itu.
- Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah.
- Mendorong siswa lemah untuk berbuat, dan membantu siswa pandai mengidentifikasikan dalam pemahamannya.
- Interaksi belajar kelompok tersebut dapat membantu memotivasi siswa dan mendorong pola pikirnya.
- Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa belajar dalam keterampilan bertanya dan mengomentari permasalahan.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpian dan mengajarkan keterampilan diskusi
- Memudahkan siswa untuk melakukan interaksi sosial.
- Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.
Menurut Istarani (2012:30-31) terdapat 4 komponen dasar pembelajaran jigsaw yaitu :
- Dalam pembelajaran jigsaw, semua anggota kelompok perlu bekerjasama untuk menyelesaikan tugas;
- Kelompok pembelajaran jigsaw seharusnya heterogen;
- Aktivitas-aktivitas pembelajaran jigsaw perlu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa berkontribusi kepada kelompok dalam dinilai atas dasar kinerja; dan
- Tim pembelajaran jigsaw perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial suatu pelajaran.
Uuntuk referensi bacaan dan daftar pustaka silahkan hubungi Kontak Kami